Tren kuliner konten di media sosial makin gila-gilaan, sobat muda! Banyak food blogger berlomba-lomba membuat video makanan yang menggugah selera. Namun, belakangan ini, beberapa kreator malah kena semprot warganet gara-gara cara makannya dianggap tidak sopan. Dari yang kunyah sambil mangap, suara kecapan berisik, sampai pakai tangan kelewat bebas, bikin banyak orang geregetan.
Gara-gara itu, media sosial jadi rame memuat soal etika makan alias jumlah meja. Banyak yang bilang food blogger harusnya bisa kasih contoh yang baik, bukan malah bikin orang risi. Apalagi kalau kontennya buat konsumsi publik, harusnya ada tanggung jawab moral dong. Tapi ada juga yang santai, beranggapan selama makanannya enak, cara makannya nggak usah terlalu dipermasalahkan.
Sebenernya, table cara itu penting banget buat nunjukin rasa hormat, bukan hanya ke makanan tapi juga ke orang sekitar. Nggak harus kaku kayak bangsawan Inggris, tapi minimal tahu batasan biar nggak bikin orang lain ilfeel. Soalnya, dari dulu etika makan ini sudah jadi bagian dari budaya di banyak peradaban. Bahkan zaman dulu, makan bareng itu lebih dari sekadar ngisi perut, tapi juga simbol status sosial.
Seiring berjalannya waktu, aturan makan berkembang dan semakin fleksibel, apalagi kini dunia semakin global. Tapi, tetap aja, ada norma dasar yang nggak bisa ditinggalin, kayak nggak boleh ngobrol sambil makan atau main HP di meja makan. Beberapa tips cara makan meja yang simpel tapi penting misalnya: kunyah makanan dengan mulut tertutup, pakai alat makan dengan benar, jangan nyuap makanan secara kasar, dan sesuaikan kecepatan makan dengan orang lain di meja. Intinya, table amount itu bukan buat gaya-gayaan, tapi biar makan jadi pengalaman yang lebih nyaman buat semua orang.
Jadi, yuk, mulai lebih sadar sama cara makan kita! Nggak harus formal banget, tapi setidaknya nggak bikin orang lain jijik atau terganggu. Makan itu harus dinikmati siapa tahu dengan tata cara makan yang lebih tepat, malah bikin banyak rasa hormat ke kamu!
Penulis : Dilla Ajeng Candra Puspita (Halwa)
Editor: Nelly Rokhmatiz Zulfa (Hazel)
