Music
0

Lokananta, Si Penyimpan Memori

Menteri BUMN Erick Thohir mengunjungi Museum Lokananta saat menghadiri peresmian Lokananta di Solo, Jawa Tengah (sumber: indonesia.co.id)

Pernah dengar soal Lokananta belum sobat muda? Bangunan tua yang menyimpan banyak sekali memori-memori tentang music Indonesia, kita bahas lebih lanjut ya!

Lokananta ini berada di Jalan Ahmad Yani No.389, Kecamatan Laweyan, Kota Surakarta, Jawa Tengah. Kata Lokananta sendiri berasal dari Bahasa Sansekerta yang berarti gamelan dari khayangan yang bersuara merdu. Dengan luas tanah 21.150 meter persegi, dan memiliki ruang rekaman terluas di Indonesia.

APA SIH LOKANANTA ITU?

“Titik nol” music Indonesia, disebut demikian karna Lokananta merupakan studio music yang menjadi awal mula karir musisi legenda di Indonesia seperti Titiek Puspa, Waldjinah, Bing Slamet, Sam Saimun, dan Buby Chen. Selain banyak musisi legendaris yang merekam lagu mereka disini, banyak pula lagu-lagu bersejarah seperti ‘Bengawan Solo’ ‘Jembatan Merah’,’Sapu Tangan’, ‘Rasa Sayange’ yang di produksi di Lokananta.

Rekaman pertama yang di produksi Lokananta merupakan lagu dari Waldjinah yang berjudul Kembang Katjang, hingga sekarang Lokananta menyimpan 53.000 koleksi piringan hitam yang tertata rapi di rak besi dan di ruangan yang di desain untuk menyimpan piringan hitam. Selain itu, Lokananta juga menyimpan 5.670 master rekaman lagu daerah juga pidato-pidato Presiden Soekarno dan studio ini juga menyimpan rekaman asli Soekarno saat membaca text proklamasi.

PERKEMBANGAN LOKANANTA HINGGA KINI

Tugas pertama Lokananta dahulunya bukan sebagai studio music melainkan untuk merekam materi siaran dalam bentuk piringan hitam yang nantinya bakal disiarin oleh 26 stasiun RRI di seluruh Indonesia. Lalu di tahun 1961 pemerintah mengeluarkan peraturan pemerintah nomor 215 yang mengganti Lokananta menjadi PN Lokananta. Bidang usaha Lokananta pun diperluas menjadi label rekaman yang berfokus untuk lagu daerah dan pertunjukan seni serta penerbitan buku dan majalah.

Setelah menjadi PN Lokananta, produksi rekamannya pun menyebar luas dan makin beragam. Lokananta mulai memproduksi dan menjual piringan hitam dari musisi legendaris Indonesia. Kemudian pada tahun 1972 produksi audio mulai beralih ke kaset dan di tahun 1983 Lokananta memproduksi unit penggandaan film dalam format pita magnetic Betamax dan VHS. Pada masa inilah Lokananta mengibarkan sayapnya dengan lebar dan menjadi studio rekaman audio dan penggandaan film terbesar di Indonesia.

1999 merupakan awal dari kemunduran dari label rekaman ini, dikarenakan mulai maraknya rekaman audio berbentuk CD, maka perhatian public mulai beralih ke format rekaman CD dan perlahan melupakan format kaset, Lokananta pun seakan tenggelam perlahan dan di tahun 2004 Lokananta diambil alih Perum Percetakan Negara RI dan berganti nama menjadi PNRI Cabang Surakarta-Lokananta. Lokananta pun dilindungi oleh Surat Keputusan Kepala Dinas Tata Ruang Kota nomor 646/40/l/2014.

REVITALISASI

Pada tanggal 3 juni 2023 Eric Thohir, Mentri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) membuka dan meresmikan langsung bangunan yang dilindungi sebagai cagar budaya ini setelah sekian lama hanyut dalam perkembagan zaman. Lokananta kini dibuka kembali sebagai wisata budaya dan menjadi wadah baru bagi musisi, seniman serta Usaha Mikro dan Menengah (UMKM) Indonesia.

Penulis: Muhammad Rizki Ansyori (Arvin)

Editor: Muhaimin Saifullah (Gibran)

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Tags: ,

More Similar Posts

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Fill out this field
Fill out this field
Please enter a valid email address.
You need to agree with the terms to proceed

Most Viewed Posts
Menu